Minggu, 09 Maret 2014

Farmakognosi

Definisi Farmakognosi

Farmakognosi berasal dari 2 kata Yunani, yaitu : Pharmakon yang berarti obat, dan Gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan.

Soo .. Farmakognosi adalah pengetahuan tentang obat.

A.  Hubungan Farmakognosi Dengan Obat
          Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Ada beberapa definisi tentang obat misalnya :
1.     Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah manusia atau hewan dan untuk memperelok bagian badan manusia.
2.    Obat Tradisional (OT) adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan tersebut yang telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan turun temurun.
3.    Obat Jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang mempunyai  nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau  buku- buku lain  yang ditetapkan pemerintah.
4.    Obat Paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
5.    Obat Baru adalah obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat baik  sebagai   bagian yang berkhasiat maupun yang tidak  berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurniannya.

B.  Ruang Lingkup Farmakognosi
Farmakognosi sebagai bagian dari :
a.Biofarmasi
b.    Biokimia
c.Kimia Sintesa

       Sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger.
Farmakognosi meliputi segi :
Ø  Pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis
Ø  Identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang  terkandung dalam simplisia  dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa bahan obat.

SIMPLISIA adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang   belum   mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa  bahan yang telah dikeringkan.
Tahap pembuatan simplisia :
1.     Pengumpulan bahan
2.    Sortasi basah
3.    Pencucian
4.    Perajangan
5.    Pengeriangan
6.    Sortasi Kering
7.    Pengemasan
8.    Penyimpanan
Tujuan pengeringan simplisia :
·         Untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin mutu dalam penyimpanan.
·         Mencegah pertumbuhan jamur.
·         Mencegah proses /  reaksi enzimatik yang dapat menurunkan mutu.
Contoh simplisia :
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig4TFQz0UKLbhqRaejXYL1RVAj-JdKP8rWVWKQl6cEfbhEm89e8wVuNYYlJ8MsDYR9zufu0JTA3C1Rvq7IX_7KIRs5YpgnCJMb0xQRUMtaekvEztd93Q0456o6xW7BWzNuQcdluF6zQXcC/s1600/aman-mengolah-tanaman-herbal.jpg


Sumber : Word dan PPT by Fransiska Juliastuti, S.Farm., Apt
PPT SMK Kesehatan Widya Tanjungpinang

Selasa, 04 Maret 2014

Rangkuman "Kewajiban Menuntut Ilmu" PAI

Kewajiban Menuntut Ilmu
Ilmu pengetahuan adalah sebaik – baik sesuatu yang disukai dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat. Ilmu sendiri merupakan sebuah keutamaan, di mana seseorang akan merasakan kenikmatan dalam pergelutannya dengan ilmu dan menunjukkan jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

A.     Firman Allah yang Menganjurkan untuk Semngat dalam Menuntut Ilmu
Dalam kehidupan beragam, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasri ilmu. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama – lamanya.

1.      Bunyi dan Terjemah Ayat
Salah satu ayat yang menunjukkan adanya anjuran dari Allah kepada kaum muslim agar tetap semangat untuk belajar adalah Q.S. At Taubah: 122.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap – tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila meraka Telah kembali padanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At Taubah: 122).

2.      Asbabun Nuzul Ayat
Asbabun Nuzul adalah sebab – sebab diturunkannya sebuah ayat Allah. Sebab – sebab diturunkannya wahyu Allah ini salah satunya adalah keterangan yang ditunjukkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Ibnu Abi Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui ikrimah yang diceritakan dalam (Q.S. At Taubah: 39).
Ibnu Abi Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah SAW mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan Nabi saw di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah Swt. yang paling atas yaitu Q.S At Taubah: 122.

3.      Isi/Kandungan Ayat
a.      Kandungan yang pertama
Allah berfirman,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا ، سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طِرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ . (أبو داود)
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Di dalam kondisi peperangan, tidak boleh semuanya berangkat berperang (berjihad). “Harus” ada sebagian orang yang tinggal di Negara islam.
b.      Kandungan yang kedua
Allah berfirman,
Artinya : “Mengapa tidak pergi dari tiap – tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
      Kalimat ini mengandung pengertian yang masih ada sangkut pautnya dengan kalimat sebelumnya. Pada kalimat sebelumnya Allah memerintahkan bahwa harus ada orang yang tinggal di negara Islam selain orang yang berjihad. Kemudian orang yang tidak berjihad harus memberikan pengajaran kepada para warga negara Islam.

B.     Hadis yang Menganjurkan agar Semangat Menuntut Ilmu
Selain ayat-ayat Al Quran, anjuran untuk semangat dalam menuntut ilmu juga ditunjukkan oleh hadis Rasulullah saw.
Artinya : “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Hadis di atas dengan sangat jelas menunjukkan pujian terhadap aktivitas mencari ilmu. Siapapun yang menghadiri majelis ilmu, maka dia akan dimudahkan jalan menuju surga. Maka, barang siapa yang mengabaikan aktivitas menuntut ilmu, maka sesungguhnya ia tidak akan dimudahkan oleh Allah jalan menuju surga.

C.     Keteladanan dalam Mencari Ilmu
Sebagai seorang muslim yang baik, seharusnya hanya dengan membaca dalil di atas kita sudah bisa mendapatkan gambaran tentang keutamaan mencari ilmu. Namun, kadangkala kita masih membutuhkan berbagai kisah-kisah nyata. Berikut beberapa kisah yang bisa memotivasi kita untuk selalu bersemangat dalam menuntut ilmu :


1.      Kesabaran dan Kesungguhan Menuntut Ilmu
Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata : “Aku dua kali kencing darahdalam menuntut ilmu, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah.”
2.      Belajar setiap hari
Imam an-Namawi : setiap hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda.
3.      Membaca kitab sebagai pengusir kantuk
Ibnu al-Jahm : membaca kitab jika beliau mengantuk, sehingga beliau bisa segar kembali.
4.Berusaha mendapatkan faidah ilmu meski di kamar mandi
Majduddin Ibnu Taimiyyah : jika akan ke kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya “Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bis amendengarnya di kamar mandi.”
5.      40 tahun tidaklah tidur, kecuali kitab berada di atasnya
Al-Hasan al-Lu’Lu’i selama 40 tahun tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya.
6.      Tidaklah berjalan kecuali bersamanya ada kitab
Al-Hafidz al-Khathib tidaklah berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca.
7.      Menjual rumah untuk membeli kitab
Al-Hafidz Abul ‘Ala al-Hamadzani menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab Ibnul Jawaaliqi.
8.      Kemampuan membaca yang luar biasa
9.      Mengulang-ulang membaca suatu kitab hingga berkali-kali

Sumber : Buku LKS Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti
Penerbit : CITRA PUSTAKA